JellyPages.com

Jumat, 30 Agustus 2013

GLAUKOMA

1.  Pengertian 
     Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.
☺ Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).
☺ Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).
☺ Glaukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993).
☺ Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009), bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
☺ Glaukoma adalah penyakit degeneratif yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular pada bola mata (ketegangan mata). Tekanan tinggi ini terjadi apabila produksi humor akuos (cairan bola mata) yang berlebihan, atau bisa juga karena sistem drainase (jaringan trabekula) tersumbat/terganggu. Peningkatan tekanan intraokular secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan saraf optik. Glaukoma di bedakan atas 2 macam yaitu glaukoma akut dan glaukoma kronik. (Ramli, R. 2012. Glaucoma definisi penyebab gejala diagnosa dan pengobatan. www.pustakakesehatan.com)
2.  Klasifikasi 
     Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003) :
     a. Glaukoma primer
         1) Glaukoma sudut terbuka
             Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
        2) Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit) 
            Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
    b. Glaukoma sekunder
        Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab : 1) Perubahan lensa 2) Kelainan uvea 3) Trauma 4) Bedah
    c. Glaukoma kongenital
        1) Primer atau infantil 2) Menyertai kelainan kongenital lainnya
    d. Glaukoma absolut
        Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

 Berdasarkan lamanya, glaukoma terdiri dari:
A. Glaukoma Akut
     Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi (Mansjoer, Arif. 2000).
     1. Etiologi
         Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
     2. Faktor Predisposisi
         Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
     3. Manifestasi klinik
         a. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
         b. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
         c. Tajam penglihatan sangat menurun.
         d. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
         e. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
          f. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
         g. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
         h. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
          i. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
         j. Tekanan bola mata sangat tinggi.
         k. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
         l. Pada perabaan, bola mata yang sakit teraba lebih keras disbanding sebelahnya
     4. Pemeriksaan Penunjang
         Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
     5. Penatalaksanaan
         Tekanan intraocular harus diturunkan secepatnya dengan memberikan asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4x250 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergic 0,25-0,5 % 2x1 dan KCl 3x 0,5 g. diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotic untuk mengurangi reaksi inflamasi. Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa (Mansjoer, Arif. 2000).
B. Glaukoma Kronik 
    Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen (Mansjoer, Arif. 2000).
1. Etiologi
    Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
2. Manifestasi klinik
    Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
3. Pemeriksaan Penunjang
    Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
4. Penatalaksanaan
    Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit. Bila kepatuhan pasien rendah, dapat dilakukan operasi atau laser sesuai penyebabnya. Misalnya iridotomi, trabekuloplasti dengan fotokoagulasi laser, iridektomi, filtrasi, dll.
3. Penyebab 
 Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
    a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
    b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil
 Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)
    a. Umur Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
    b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak. Sebaiknya periksakan mata setiap 2 tahun. Ada penyebab lain yang dapat menimbulkan Glaukoma yaitu : • Diabetes • Tekanan darah tinggi • Miopia (rabun jauh) • Kecelakaan/operasi pada mata • Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama • Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
    c. Tekanan bola mata
        Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata.
    d. Obat-obatan Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya.
4. Patofisiologi 
   Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan. Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan yang dimula dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal (Sunaryo Joko Waluyo, 2009).
5. Manifestasi Klinis 
    Umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjadi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen. Gejala yang lain adalah : (Harnawartiaj, 2008).
    a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
    b. Kornea suram.
    c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
    d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
    e. Nyeri di mata dan sekitarnya. f. Udema kornea.
    g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
    h. Lensa keruh.
 Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut :
    a. Tekanan bola mata yang tidak normal
    b. Rusaknya selaput jala
    c. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat berakhir dengan kebutaan.
6. Komplikasi 
    Komplikasi dari glaukoma menurut berbagai sumber yang salah satunya adalah kebutaan.
7. Pemeriksaan Diagnostik 
    Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Harnawartiaj, 2008) :
    a. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
    b. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) :
        1) Tonometri Schiotz Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata dengan cara sebagai berikut:
            a) Penderita di minta telentang
            b) Mata di teteskan tetrakain
            c) Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
            d) Kelopak mata penderita di buka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan menekan bola mata penderita)
            e) Telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometer

            Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam milimeter air raksa.
            a) Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya glaukoma.
            b) Bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menderita glaukoma.
       2) Tonometri Aplanasi Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang dipengaruhi kekakuan sklera (selaput putih mata). Teknik melakukan tonometri aplanasi adalah :
            a) Diberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa
            b) Kertas fluorosein diletakkan pada selaput lendir
            c) Di dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekanan dinaikkan sehingga ingkaran tersebut mendekat sehingga bagian dalam terimpit
            d) Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut merupakan tekanan bola mata.
            e) Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20 mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.
    c. Pemeriksaan lampu-slit. Lampu-slit digunakan untuk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik ke dalam tuberkulum dengan lensa khusus.
    d. Perimetri Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
    e. Pemeriksaan Ultrasonografi Ultrasonografi dalam gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu :
        1) A-Scan-Ultrasan. Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaucoma congenital.
        2) B-Scan-Ultrasan. Berguna untuk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata yang kurang jelas akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.
8. Penatalaksanaan 
     Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukoma dapat dicegah untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :
     a. Terapi obat. 1) Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. 2) Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.
     b. Bedah lazer.
         Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO.
     c. Bedah konfensional.
     d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran humor aqueus dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui sclera.
9. Pengobatan 
     Pengobatan Glaukoma Tergantung pada jenisnya. Glaukoma sudut terbuka (Glaukoma akut) 90 persen kasus biasanya terjadi pada orang diatas 55 tahun, penderita diabetes dan rabun jauh (myopia). Pengobatan glaukoma dapat dikendalikan dengan obat topikal (obat tetes mata), operasi, terapi laser (Laser iridotomy, Laser trabeculoplasty, Laser cilioablation) atau implantasi katup, untuk memudahkan drainase guna mengurangi tekanan intraocular. Glaukoma sudut sempit (kronis) kurang umum terjadi dan dapat bermanifestasi dengan nyeri mata, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan muntah.